Tak tahu harus kuawali dari mana kisah ini. Semuanya terasa
indah untuk diceritakan. Namun juga terasa sulit untuk mengawali cerita itu.
Entah
harus kusebut apa perjalanan ini kawan!
Kalian
bilang ini liburan
Aku
lebih senang menyebutnya penaklukan
Penaklukan
egoku
Egomu
Ego
kita
Sederhana
Tapi
itulah yang aku tangkap dari tiap-tiap hati yang mengasih
Itulah
yang aku tatap dari wajah-wajah penuh canda
Saat
kepentinganmu,ku,kalian tak lagi penting
Saat
“kita” menjadi terasa sangat indah
Entah
harus kusebut apa perjalanan ini kawan!
“Sujuudd!!!”
Entah seperti apa rona wajah Ribi
mendengar lengkingan suara di depan kami. Lengkingan bernada bentakan dan
menyuruh itu tak serta merta membuat kami menaatinya.
“Nggak mau sujud kalian hah!!?”
Kulihat wajah Ribi tetap tegak
menatap ke depan. Aku?! Aku lebih memilih mendongakkan kepalaku. Memandang
taburan bintang dan senyum sang bulan. Kuucapkan terima kasih. Terima kasih
pada-Nya telah membawaku kesini. Terima kasih, untuk kehadiran bintang dan
bulan.
“Hei..bintang!
menurutmu apa yang ada di pikiran orang yang ada di depan kami berdua ini?”
“Apa!!
Dia berpikir untuk membuat kami takut?! Hhmm… Kelihatannya dia tak berhasil.
Aku tak merasa takut. Malah lucu melihatnya ngomong keras-keras tak karuan”
“Mengikuti
perintahnya?!! Tidak..tidak! sejak kapan sujud sambil cium tanah dijadikan
bukti cinta tanah air. Konyol”
“Simpan senyummu itu anak muda!
Negara tak membutuhkan senyum bodohmu itu!” ups.. aku ketahuan senyum-senyum
sendiri.
“Bintang,
bulan nanti kita lanjutkan obrolan kita ya!” aku menyudahi perbincanganku
dengan alam.
“Siapa namamu?!” tatapannya
menghujam tajam ke arahku. Hendak pecah tawaku melihat wajah tegangnya. Entah
memang marah atau pura-pura marah.
“Fia Mazayya bang”
“Nggak penting itu nama jelekmu!!”
bah… enak saja dia bilang namaku jelek. Itu nama terindah yang diberikan ayah
dan ibuku, sungutku dalam hati. Sebelum berangkat ke tempat ini kami
masing-masing memang sudah diberi nama baru. Nama cantik, begitu mereka bilang.
Kenyataannya tak ada cantik-cantiknya. Salah seorang dari kami malah ada yang
dapat nama boots, tokoh kartun monyet
hahaha… aku yang kurus ini malah dapat nama Giant, tokoh pria bertubuh gembul
yang suka iseng dalam film kartun Doraemon.
“Giant bang”
“Udah telat!!! Udah dari tadi abang
nanyanya!!!” suaranya masih tinggi. Aku dan Ribi tak menanggapi.
“Abang cinta sama Allah. Tiap hari
minimal dua puluh satu kali abang sujud. Kalian pikir itu untuk apa hah!!? Itu
bukti cinta dek!” hhmmm…mulai curhat nih, soalnya nada suaranya mulai turun.
“Masih nggak mau sujud kalian!!?”
emosinya yang tadi sempat menurun kembali memuncak.
“Bukan berarti cinta tanah air juga
harus sujud kan?!” Ribi buka suara.
Dalam keremangan, pria yang belum
kutahu namanya itu menatap tajam ke arah Ribi
“Ok, sekarang duduk!”
“Duduk! Bukan jongkok!” hahhaii
masih tajam rupanya penglihatannya.
“Jadi menurut kalian apa bukti kita
cinta tanah air?!”
“Menuntut ilmu.” kawan satu timku
ini langsung menjawab.
“Ilmu apa? Ilmu hitam?”
“Ilmu yang berguna bagi bangsa dan
Negara”
“Terlalu umum jawabanmu saudara!”
“Memanfaatkan masa muda dengan
kegiatan-kegiatan bermanfaat.”
“Masih terlalu umum. Jawaban yang
spesifik lah! Ilmu yang berguna itu apa?! Kegiatan yang bermanfaat itu apa!”
Ribi menarik napas. Tampak sekali
ia mulai gerah sedari tadi dibentak-bentak.
“Heh kamu!” tatapannya beralih
kepadaku. Sedikit terkejut aku.
“Bisu kau? Tak ada kalimat yang bisa kau keluarkan selain senyum
bodohmu itu hah?!”
Aku memutar otak. Mencari jawaban cerdas. Beberapa detik ditatapnya, aku menemukan jawaban. Seperti ini :
Aku memutar otak. Mencari jawaban cerdas. Beberapa detik ditatapnya, aku menemukan jawaban. Seperti ini :
“Mmm…saya masih kepikiran masalah sujud tadi bang.” dahinya berkerut mendengar jawabanku.
Lalu kulanjutkan begini :
“Tadi abang bilang abang sujud
minimal dua puluh satu kali dalam sehari. Sebagai orang muslim itu bukti cinta
abang kepada Allah. Terus tadi menurut abang sujud dan mencium tanah juga
merupakan bukti cinta tanah air kan bang?!”
“Hmm..” itu yang keluar dari
mulutnya.
“Lalu jika yang berdiri di depan
abang ini bukan orang muslim haruskah ia juga sujud dan mencium tanah sebagai
bukti cinta tanah air? Atau disesuaikan dengan kepercayaannnya? Membakar lilin
sembahyang, menyanyikan lagu-lagu pujian atau…”
“Lima kali merangkak dari tempat
kalian ini ke atas dimulai dari sekarang !!” ia memotong kalimatku. Aku dan
Ribi berpandangan
“Tuli kalian?!”
Kami menikmati merangkak naik turun
tanjakan kira-kira sepuluh meter sebanyak lima kali.
“Jawaban cerdas Za” bisik Ribi. Aku
senyum-senyum sendiri. Aku tahu pria itu tak menyangka mendapat pertanyaan
tadi. Ia pikir kami tak tahu kalau ini hanya improvisasinya untuk menghindari
pertanyaan tadi. Sebenarnya kami masih ingin menolak perintahnya untuk jalan
merangkak. Namun mengingat hari sudah jauh malam, tak apalah jalan merangkak.
Toh kami tetap merasa menang olehnya.
Embun mulai turun. Dingin menusuk
tulang. Ditambah lagi pakaian kami yang basah karena berguling-guling, duduk
dan merangkak di rumput yang masih basah sisah hujan sore tadi. Selesai dari
posko empat. Masih ada posko lima menanti kami. Sepertinya kami yang terakhir.
Padahal tadi kami berada di urutan ketiga dari enam tim . Masing-masing tim
terdiri dari dua kelompok. Total ada dua belas orang.
Sebenarnya raga ini mulai meronta. Bahkan ia sedikit merajuk karena terlalu
kupaksa untuk berjuang menghabiskan dini hari yang gigil. Sepertinya Ribi juga
begitu. Tapi entahlah lewat apa, seperti telah ada kesepakatan antara kami
berdua untuk menjadi pemenang dalam penaklukan ini. Ya, regularitasnya malam
akan digantikan siang, embun menghilang dimakan mentari yang garang. Dan
bagaimanapun, kami akan jadi pemenang. Atas penaklukan yang tadi kulontarkan;
tentang ego kami, bukan aku atau dia.
Bersambung...
Dua Puluh : Kita, cerita bersambung ini awalnya sebenarnya adalah naskah novel karya kolaborasi antara Diah Siregar dan Rinda Dinamita.
Bersambung...
Dua Puluh : Kita, cerita bersambung ini awalnya sebenarnya adalah naskah novel karya kolaborasi antara Diah Siregar dan Rinda Dinamita.
Saya tunggu kelanjutannya kak.
BalasHapussudah ada kelanjutannya mas, sudah saya post sampai part 5. mas klik aja home dan cari bagian 2,3 dst :)
Hapus