14 Juli 2013
Malam minggu kali ini berbeda.
Kau yang biasanya sibuk dengan aktivitasmu hingga aku pun
enggan tuk sekedar mengucapkan rindu.
Kau yang pernah berkata “diriku bukan milikku, ketika kita
berkomitmen untuk menjunjung profesionalitas, saat itu, diriku bukan milikku,
bukan juga milikmu.”
Kau yang datang hanya saat rindu tak lagi mampu kau tahan.
Malam ini, saat aku asik dengan duniaku, sapamu bertandang. Melisankan
kangen dan tawaran tuk menjamu rindu lewat temu.
Selalu dan selalu, aku berusaha ada tiap kau ingin aku ada.
Selalu dan selalu, aku pun senantiasa ingin rindu ini tak
perlu melahirkan pilu karena waktu yang tak mengizinkan temu.
Maka kuakhiri perbincangan dengan seorang teman di sebuah
warung kopi di depan rumah sakit yang terletak di bilangan H.M Yamin.
Kukabarkan posisi dimana kau bisa menemuiku.
Jarum-jarum waktu pun terus bergulir. Hapeku berdering,
suaramu menyahut di ujung sana. Katamu, kau sudah di TKP. Aku pun celingukan
mencari. Tak kutemukan sosokmu.
“Sudah di depan,” katamu.
Kembali kuedarkan pandangan. Di depan, kendaraan
berseliweran. Seorang tukang parkir tampak mengatur sepeda motor. Pastilah kau
disitu. Tapi nihil. Sosokmu tak ada.
“Mana?”
“Pas di depan Ayank, di dalam mobil, Ayank kesini aja.”
Hmm… Cuma ada satu mobil yang berhenti, aku pun segera
melangkahkan kaki. Kau membuka kaca mobil. Kudapati kau di belakang kemudi. Segera saja aku masuk ke mobil.
Malam ini beda. Kupikir kita akan menikmati segelas
cappuccino di warkop tempat kau menjemputku.
Kupikir aku akan duduk di boncenganmu.
Nyatanya aku duduk di sampingmu, mengitari jalanan kota
Medan dengan ‘stang bundar’ yang kau kendarai. Berbincang banyak hal diselingi
tawa dan kalimat rindu yang menggetarkan kalbu.
Muara rinduku, malam ini beda, dan aku bahagia. Aku bahagia
melihat kau dilimpahi rizky olehNya. aku bahagia dengan segala
pencapaian-pencapaianmu. Aku bahagia mendengar cerita-ceritamu, rencana-rencana
masa depanmu. Aku bahagia, melihatmu bahagia.
Muara rinduku, teruslah berbahagia karena melihatmu bahagia
adalah kebahagiaanku. Teruslah menjadi ‘muse’ ku. Entah bagaimana Tuhan
menuliskan takdir antara kita ke depan nanti. Entah siapa yang akan menemani
perjalanan kita masing-masing hingga akhir hayat nanti. Aku tak hendak berharap
terlalu banyak. Cukup kita sama-sama tau jika kita saling merindu.
Muara rinduku, nebulaku.
Uhuukk..
BalasHapushahhaaaaa... ada yang batuk, minum obat gihh.. :p
BalasHapusCie-cie... ^_^
BalasHapuscei..cei.. :p
Hapus