Ini pengalaman waktu
pertama kali backpackeran ke Jawa-Bali.
Tepat pukul 15:10 waktu
Surabaya.
“Horee… akhirnya nyampe
juga di Surabaya!!”
“Surabaya.. I’m
coming!!”
Kami berucap kegirangan
kala dari jendela pesawat terlihat laut, hijau pepohonan dan atap-atap rumah
berwarna orange tua (atau coklat bata, entahlah! Aku sedikit buta warna
sepertinya). Melewatkan tiga jam waktu dalam hidupmu di angkasa untuk pertama
kalinya adalah pengalaman tak terlupakan. Penuh rasa cemas dan jantung yang
berdetak lebih cepat dari biasanya. Maka saat pesawat mendarat dengan sempurna
di bandara yang belakangan kuketahui bernama bandara Juanda, hati pun
bersorak-sorai saking girang+haru nya. Hal pertama yang kulakukan setelah
sampai di bandara adalah mengaktifkan kembali handphone. Mengabari orang-orang
terkasih di Medan karena kami mendarat dengan selamat di bandara Juanda
Surabaya. Beginilah bunyi SMS yang sudah kuubah seperlunya berdasarkan
kemudahan membaca dan memahaminya tanpa mengurangi makna, dengan pertimbangan
mata anda akan keseleo membacanya jika tak diubah.
Lapor,
saia sudah sampai di Surabaya dengan selamat sentosa tanpa kurang suatu apapun.
Laporan selesai.
Send to all
Laporan diterima.
Selanjutnya jangan lupa untuk membawa serta kain bali pesanan ndut, baju Bali
buat ndut, baju Bali buat acha. Buatku, tas and jilbab Bali jika kembali ke
Medan. Laksanakan!
Weleehh, baru juga
nyampe Surabaya, udah pada sibuk minta oleh-oleh.
insyaAllah
dilaksanakan. Tapi tak janji. Tergantung kondisi keuangan ya cuy.. :)
Youps.. gimana Surabaya nang?
Asyik? Jangan lupa beli’in aku oleh-oleh kemana aja daerah yang kau kunjungi ya
nang. Gak usah yang mahal-mahal, yang penting tiap daerah ada oleh-olehnya.
Iya.
Tapi nggak janji ya, tergantungan keuangan.
Ya, pesan ayah hati-hati
disana ya.
Iya
mak
Omakjang, mantap
kali bah kawan awak nih. Bikin iri aja..
Hehe..
Rata-rata SMS
balasannya minta oleh-oleh. Cape deh, wehehehe… berangkat pake uang pinjeman n
pas-pasan gimana mo beli oleh-oleh.
Udara Surabaya nggak
kalah panas seperti di Medan. Kami pun cengar-cengair saat keluar dari pesawat
dan menyeberang ke bus maskapai penerbangan yang akan membawa kami dari
lapangan penerbangan ke ruangan di bandara. Puanass… tapi seneng hehehe..
Bosen SMS-an gantian
update status (pamer maksudnya) di Facebook. Saatnya narsis-narsisan :)
Bandara Juanda lebih
kalem dibanding suasana yang kudapati di bandara Polonia Medan. Senyap.
“Udah kau hubungi
kakakmu Lin?”
“Udah, katanya kita
disuruh nunggu bentar, nanti dijemput”
Ucapan Lina kami sambut
dengan sorak-sorai. Secara kami dijemput, itu artinya kami tak perlu
mengeluarkan budget untuk ongkos
taksi ke rumah kakak sepupu Lina. Alhamdulillah!
Sambil menunggu
kakaknya Lina datang, kami sengaja tidak keluar dari bandara untuk menghindari
serbuan supir taksi yang menawarkan jasanya. Bukan apa-apa, pengalaman di serbu
supir taksi (dan supir-supir angkutan lainnya) di Medan sudah cukup menjadi
pelajaran buat kami. Sama seperti kalau kita belanja di pasar tradisional.
Semua pedagang menyerbu menawarkan dagangan. Pusing jawabnya. Semua menyerbu
meski sudah berkali-kali mengggelenggkan kepala.
“Taksi dek”
“Nggak pak”
“Taksi, murah aja dek”
Menggelengkan kepala
sambil senyum ke arah supir taksi
“Mau kemana dek, naik
taksi?”
Menggeleng lagi
“Ayo di sebelah sini
taksinya. Biar bapak bawakan barang-barangnya”
Tetap menggeleng sambil
tersenyum
“Dek, adek, ayo disini
taksinya. Murah aja kok. Sini, memangnya mau pulang kemana?”
“Dari pada bawa barang
berat-berat ke tempat betor mangkal, mending naik taksi aja dek, dek”
Huaa… capek
geleng-geleng kepala terus. Kalo geleng-gelengnya ajeb-ajeb mah enak. Ini
geleng-geleng sambil bawa banyak barang dan dikerubuti supir taksi. Belum
sempat menjawab tawaran supir yang satu, yang laen udah nyerobot. Ampun dah!
Maka, atas berkat
(halah, kayak pembukaan undang-undang aja) pengalaman tersebut. Kami memutuskan
untuk tetap di dalam bandara sebelum kakaknya Lina sampai di bandara. Walaupun
belum tentu supir angkutan di Surabaya sama seperti supir angkutan yang pernah
kami jumpai. Tapi buat jaga-jaga kan nggak pa-pa.
“Katanya sebentar Lin?”
aku bertanya sambil melirik jam. Sudah sekitar tiga puluh menit kami lewatkan
dengan bengong di bangku bandara.
“Iya, belum pulang
kerja mungkin kak Rita”
Aku manggut-manggut,
namanya kak Rita toh. Ya sudahlah, tak ada alasan untuk marah. Secara ntu kakak
mau memberi kami tumpangan di rumahnya aja udah syukur banget. Apalagi pake
acara di jemput segala. Dobel dah syukurnya.
Untuk membunuh waktu,
aku berjalan-jalan di dalam bandara. Longok sana longok sini. Lirik sana-lirik
sini. Asik juga. Suasana yang senyap menimbulkan kesan damai dan elegan pada
bandara ini.
TERIMA KASIH
KEPADA
SELURUH PELANGGAN KAMI YANG TELAH
BERPERAN
MENJADIKAN BANDARA JUANDA SEBAGAI
BANDARA TERBERSIH
DI INDONESIA
Ooo.. jadi ini toh
bandara terbersih di Indonesia.
Bosan jalan-jalan, aku
kembali ke bangku tempat ketiga temanku duduk. Hahaha.. lucu liat wajah lusuh
mereka. Wajah letih+laper = wajah lusuh hehehe..
Hmm.. belum datang juga
si kakak. Ngapain lagi ya? Bengong aja ah, melototin orang-orang yang lewat.
Nah, pas lagi asyik melototin orang-orang di bandara, mataku menemukan objek
yang terasa janggal dilihat. Sekitar sepuluh meter dari tempatku berdiri,
seorang wanita memakai jilbab tengah berphoto mesra (menurutku). Tangan si pria
merangkul pundak si wanita, sementara si wanita berjilbab tersenyum manis dan
merapatkan tubuhnya ke si pria. Tempat umum cing!
Ya.. emang sih itu urusan mereka. Entah mereka pacaran atau sudah menikah. Tapi
menurutku ini kan tempat umum. Orang-orang berseliweran di antara mereka. Kok
mereka nyantai-nyantai aja ya. Si pria kurus yang memphoto-kan mereka juga
asik-asik aja, nggak ada ngerasa risih gitu. Apalagi si wanita, wajahnya
berseri-seri gitu, ckckck!
“Hhh… dasar! Ternyata
orang Surabaya itu nggak jauh beda ama orang Medan, gilphot semua,” aku
mengguman sambil mataku tak lepas memandangi mereka.
“Memang apa itu gilphot
kak?” Nova bertanya
“Gilphot, gila photo,”
terangku
“Mana sih?”
“Itu,” aku menunjuk
dengan gerakan mata dan mulut ke arah dua sejoli yang masih saja berphoto ria.
Lina, Nova dan Ulan
mengikuti arah pandanganku.
“Ya ampun kak Diah, itu
kan Sammy Kerispatiii!!!” (Eks Kerispati-red)
Sontak ketiga temanku
berisik menyadari kalau pria tersebut adalah Sammy eks Kerispati.
“Hah!! Masak sih?!”
kutajamkan penglihatanku
“Ayo photo bareng!!”
Ketiganya bangkit
setengah berlari ke arah sosok yang mereka sebut Sammy. Aku masih bengong tak
percaya. Apa iya dia Sammy Kerispati? Seingatku dia kan di penjara karena
terjerat kasus narkoba. Kok sekarang ada disini? Apa dia melarikan diri dari
penjara (ngawur.com)? Atau, pria itu kembarannya si Sammy (lebih ngawur
lagi.com)?
“Bang Sammy!!”
Lina berucap (teriak)
girang.
Bang Sammy?!! Aku
cengengesan mendengar ucapan Lina. Bang Sammy?! Medan kali bah! Ini Surabaya,
butet! Agak dikitan manis kek, mas Sammy gitu.
“Bang Sammy photo
bareng dong!”
Weleh.. suara ketiga
gadis Medan itu terdengar sampai
tempatku duduk. Menggema kemana-mana. Padahal nggak pake speaker. Alhasil, kulihat orang-orang yang tadi cuek jadi melihat
ke arah mereka. Entah karena pria itu adalah Sammy, si vokalis band eks
Kerispati yang terkenal dengan suara khasnya itu. Atau karena ketiga wanita
dengan suara super yang menghampirinya.
Kulihat Sammy tersenyum
dan menyetujui untuk photo bersama. Mereka pun mengambil pose. Tapi, lho mana kamera
dan photographernya?
“Kak Diah, sini lah!”
Aku cengengesan aja di
tempatku duduk sambil ngacungin kamera. Dasar dodol, percuma juga mereka
lari-lari, kameranya kan sama aku.
“Issh kak Diah! Sini
lah, photo kita sama bang Sammy.”
Beugh, bang Sammy, bang
Sammy. Jujur aja, aku nggak punya punya niat buat photo bareng artis manapun
selain Sheila On 7. Walopun ntu artis udah di depanku, tetep aja nggak punya
niat sedikitpun. Dulu, waktu belum kesampean nonton konser Sheila On 7 pun aku
nggak pernah mau kalo diajak nonton konser band lain. Pokonya nggak akan mau
sebelum kesampean nonton konser So7. Aku memang orang yang sangat setia
terhadap apapun jika sesuatu itu sudah mampu membuatku jatuh hati hehehe.
Makanya dari tadi aku nyantai aja duduk tanpa sedikitpun niat mendekat. Tapi
nggak tega juga liat mereka merengek-rengek minta diphotoin. Maka aku pun
bangkit dengan memanggul ransel yang gedenya nggak ketulungan.
Sebelum jeprat-jepret
salaman dulu ah, lumayan buat bahan cerita ama kawan-kawan “woii.. aku udah
pernah photo en salaman ama Sammy eks Kerispati lo” hihihi..
Sammy mengenakan
t-shirt warna biru dengan headset
melingkar di lehernya. Rambutnya ditata model spike. Lumayan gaya lah. Di sela-sela photo bareng Sammy ngajak
kami ngobrol-ngobrol.
“Pada mau kemana nih,
gede-gede amat tasnya?”
“Liburan. Abang dari
mana?”
“Medan.”
Jepretan pertama : blur.
“Lha.. kok sama. Kami
juga dari Medan. Nyampe jam berapa?”
“Jam tiga”
Jepretan kedua : masih
blur.
“Kalian naik apa?”
“Air Asia.”
“Oh beda pesawat.”
Jepretan ketiga :
lumayan bagus.
“Ah, gak pa-pa. bang
Sammy kan orang Batak juga. Ya kan bang?”
Jepretan keempat
gantian Ulan yang ngambil : blur lagi.
“Aku sama Nova,
Situmorang. Kak Diah, Siregar. Kak Ulan, Jawa. Tapi udah kayak orang Batak.
Lebih Batak dari kami. Bang Sammy, Simorangkir kan?”
“Ya.”
“Pada mau kemana aja
ini? Surabaya aja?”
“Jawa-Bali, backpacker,
backpacker,, liat nih tas kami gede-gede”
Sammy ngacungin jempol.
Jepretan kelima :
bagoss!!
Orang-orang mulai
mengerumuni. Yah, kami pun tahu diri untuk memberi kesempatan mereka photo
bareng. Hmm, sekali artis tetep saja artis. Tak peduli apa dan bagaimana si
artis. Yang penting artis. Begitu mungkin pola pikir orang-orang Indonesia.
Atau mungkin masyarakat Indonesia sadar, tiap orang pasti pernah melakukan
kesalahan. Tak ada alasan untuk mengucilkannya.
Kami pun kembali
bersalaman dengan Sammy dan mengucapkan terima kasih.
“Mas Sammy, bisa minta
photo bareng.” seorang SPG menghampiri Sammy dan berucap lembut. Beda sekali
dengan kami yang suaranya menggema kemana-mana. Kami menjauh dari Sammy dan
orang-orang yang mulai mengerumuni. Lima jepretan yang tiga di antaranya blur, bolehlah untuk ajang pamer-pamer
nanti. (Quelle Idee)
***
18
Des’11
keren :D
BalasHapussapa yg keren? Sammy atau kami, hehheee...
BalasHapus