dimuat di Analisa, sehari sebelum lebaran kemarin (07/08/2013). ini puisi lama, tapi tiap bacanya langsung inget seseorang yang menginspirasi lahirnya puisi ini :)
KEPADA MUARA RINDU /I/
Retak segala damba
Seakan tak mampu
menjamah asa
Senja ini kumulai
cerita tentang mimpi yang bergerak pergi
Ah, rindu kini seakan
tabu untuk kusentuh
Kupilih
menenggelamkannya bersama mimpi yang tak lagi kumiliki
Lalu melangkah pergi
tanpa perlu menoleh lagi.
Medan,
16 Jun’11
KEPADA MUARA RINDU /II/
Muara rinduku, hari ini
kupilih jadi pecundang
Aku takut kau
memalingkan wajah dan menjauh
Maka kuputuskan
menghindari matahari
Kubangun penjaraku
sendiri
Dengan begitu aku punya
alasan untuk menghindari luka.
Medan,
17 Jun’11
KEPADA MUARA RINDU /III/
Penantian ini sungguh
menyiksa
Serupa sungai kering
Pintu-pintu tertutup
Jendela-jendela
terkunci
Muara rinduku, kapan
aku boleh pulang ke hatimu?
Medan,
17 Jun’11
KEPADA MUARA RINDU /IV/
Seperti biasa
Aku terperangkap dalam
ruang tak berpintu
Kasat mata
Ruang yang mengikuti
kemana langkah berayun
Seperti bebas namun
terpenjara
Aku berteriak dalam
bisu
Ah, tega nian kau
penjarakan aku dalam ruang bernama rindu.
Medan,
21 Jun’11
0 komentar :
Posting Komentar
komentar yg membangun yach..