Muara rinduku, apa kabar kau di sana? Masihkah rindu
menyekapmu dalam ruang tak bertepi? Atau kau memilih membuangnya seperti yang
sudah-sudah. Tak apa. Aku tak marah kau membuangnya. Karena aku percaya,
sesering apa kau membuangnya, sesering itu rindu kembali datang dan
mengetuk-ketuk pintu hatimu tanpa ampun. Siapa yang tahan diperlakukan rindu
sedemikian rupa? Tidak kau. Tidak juga aku. Aku berani mengatakan ini karena
kau juga terlalu sering mengungkapkannya. Kemarin kau bilang telah membuang
rindu kita. Lalu tadi malam kau kembali menyapa karena desakan rindu. Aku pun
demikian. Berpura-pura tak merindukanmu padahal sungguh rindu ini tak
tertahankan. Alahai.. kita dipermainkan rindu. Kita menjadi orang yang tak
konsisten dengan kata-kata yang kita ucapkan sendiri dengan kesadaran penuh dan
mengingkarinya beberapa saat kemudian. Muara rinduku, rindu mempermainkan kita.
Kita sama-sama tau itu namun sama-sama tak pernah berniat untuk benar-benar
membuangnya.
0 komentar :
Posting Komentar
komentar yg membangun yach..