PUISIKU HILANG TERBAWA ANGIN
Kupandangi barisan kata
di udara
Mengucapkan selamat
tinggal pada si empunya
Berlari aku mengejarnya
Malah tersesat
kehilangan arah
Mencoba mengadu pada
langit
Ia justru tak bergeming
Hanya awan yang
beriring menganggap tak penting
Air mataku mengiring
Puisiku hilang terbawa
angin
Aku seperti puing
Medan, 10 Juli’09
AMARAH
Kupalingkan wajah dari marah entah siapa
Kulahap bersama sejengkal masa bodoh
Lalu kuteguk bagai raksasa kehausan
Siapa kau wahai siapa?
Tak ada hakmu melebarkan mata
Sebab aku adalah batu yang akan tetap batu
Walau pisau katamu menyerbu
Sebab aku adalah puisi sepi yang akan tetap sepi
Meski suaramu menggema menyetan.
09 Mei’11
BATU
YANG TAK TERSAMBANGI EMBUN
Adalah batu yang tak tersambangi embun
Tetap batu saat beku membatu
Tetap beku saat matahari belagu
Kenapa embun selalu bertaut pada dedaun?
Entah itu hijau, kuning bahkan coklat tanah
Padahal batu hanya butuh embun menyambanginya
tiap pagi
Untuk membuatnya lebur dalam butirannya.
09 Mei’11
NB : dimuat Rabu, 08 Februari 2012
Ayo dikomen...
0 komentar :
Posting Komentar
komentar yg membangun yach..