DUA PULUH : KITA #1


Tak tahu harus kuawali dari mana kisah ini. Semuanya terasa indah untuk diceritakan. Namun juga terasa sulit untuk mengawali cerita itu.

Entah harus kusebut apa perjalanan ini kawan!
Kalian bilang ini liburan
Aku lebih senang menyebutnya penaklukan
Penaklukan egoku
Egomu
Ego kita
Sederhana
Tapi itulah yang aku tangkap dari tiap-tiap hati yang mengasih
Itulah yang aku tatap dari wajah-wajah penuh canda
Saat kepentinganmu,ku,kalian tak lagi penting
Saat “kita” menjadi terasa sangat indah
Entah harus kusebut apa perjalanan ini kawan!


“Sujuudd!!!”

Entah seperti apa rona wajah Ribi mendengar lengkingan suara di depan kami. Lengkingan bernada bentakan dan menyuruh itu tak serta merta membuat kami menaatinya.

“Nggak mau sujud kalian hah!!?”

Kulihat wajah Ribi tetap tegak menatap ke depan. Aku?! Aku lebih memilih mendongakkan kepalaku. Memandang taburan bintang dan senyum sang bulan. Kuucapkan terima kasih. Terima kasih pada-Nya telah membawaku kesini. Terima kasih, untuk kehadiran bintang dan bulan.

“Hei..bintang! menurutmu apa yang ada di pikiran orang yang ada di depan kami berdua ini?”
“Apa!! Dia berpikir untuk membuat kami takut?! Hhmm… Kelihatannya dia tak berhasil. Aku tak merasa takut. Malah lucu melihatnya ngomong keras-keras tak karuan”
“Mengikuti perintahnya?!! Tidak..tidak! sejak kapan sujud sambil cium tanah dijadikan bukti cinta tanah air. Konyol”

“Simpan senyummu itu anak muda! Negara tak membutuhkan senyum bodohmu itu!” ups.. aku ketahuan senyum-senyum sendiri.

“Bintang, bulan nanti kita lanjutkan obrolan kita ya!” aku menyudahi perbincanganku dengan alam.

“Siapa namamu?!” tatapannya menghujam tajam ke arahku. Hendak pecah tawaku melihat wajah tegangnya. Entah memang marah atau pura-pura marah.

“Fia Mazayya bang”

“Nggak penting itu nama jelekmu!!” bah… enak saja dia bilang namaku jelek. Itu nama terindah yang diberikan ayah dan ibuku, sungutku dalam hati. Sebelum berangkat ke tempat ini kami masing-masing memang sudah diberi nama baru. Nama cantik, begitu mereka bilang. Kenyataannya tak ada cantik-cantiknya. Salah seorang dari kami malah ada yang dapat nama boots, tokoh kartun monyet hahaha… aku yang kurus ini malah dapat nama Giant, tokoh pria bertubuh gembul yang suka iseng  dalam film kartun Doraemon.

“Giant bang”
“Udah telat!!! Udah dari tadi abang nanyanya!!!” suaranya masih tinggi. Aku dan Ribi tak menanggapi.

“Abang cinta sama Allah. Tiap hari minimal dua puluh satu kali abang sujud. Kalian pikir itu untuk apa hah!!? Itu bukti cinta dek!” hhmmm…mulai curhat nih, soalnya nada suaranya mulai turun.

“Masih nggak mau sujud kalian!!?” emosinya yang tadi sempat menurun kembali memuncak.
“Bukan berarti cinta tanah air juga harus sujud kan?!” Ribi buka suara.
Dalam keremangan, pria yang belum kutahu namanya itu menatap tajam ke arah Ribi

“Ok, sekarang duduk!”

“Duduk! Bukan jongkok!” hahhaii masih tajam rupanya penglihatannya.

“Jadi menurut kalian apa bukti kita cinta tanah air?!”
“Menuntut ilmu.” kawan satu timku ini langsung menjawab.
“Ilmu apa? Ilmu hitam?”
“Ilmu yang berguna bagi bangsa dan Negara”
“Terlalu umum jawabanmu saudara!”
“Memanfaatkan masa muda dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat.”
“Masih terlalu umum. Jawaban yang spesifik lah! Ilmu yang berguna itu apa?! Kegiatan yang bermanfaat itu apa!”

Ribi menarik napas. Tampak sekali ia mulai gerah sedari tadi dibentak-bentak.
“Heh kamu!” tatapannya beralih kepadaku. Sedikit terkejut aku.
“Bisu kau? Tak ada  kalimat yang bisa kau keluarkan selain senyum bodohmu itu hah?!”

Aku memutar otak. Mencari jawaban cerdas. Beberapa detik ditatapnya, aku menemukan jawaban. Seperti ini :

“Mmm…saya masih kepikiran masalah sujud tadi bang.” dahinya berkerut mendengar jawabanku.

Lalu kulanjutkan begini :
“Tadi abang bilang abang sujud minimal dua puluh satu kali dalam sehari. Sebagai orang muslim itu bukti cinta abang kepada Allah. Terus tadi menurut abang sujud dan mencium tanah juga merupakan bukti cinta tanah air kan bang?!”

“Hmm..” itu yang keluar dari mulutnya.

“Lalu jika yang berdiri di depan abang ini bukan orang muslim haruskah ia juga sujud dan mencium tanah sebagai bukti cinta tanah air? Atau disesuaikan dengan kepercayaannnya? Membakar lilin sembahyang, menyanyikan lagu-lagu pujian atau…”

“Lima kali merangkak dari tempat kalian ini ke atas dimulai dari sekarang !!” ia memotong kalimatku. Aku dan Ribi berpandangan
“Tuli kalian?!”
Kami menikmati merangkak naik turun tanjakan kira-kira sepuluh meter sebanyak lima kali.

“Jawaban cerdas Za” bisik Ribi. Aku senyum-senyum sendiri. Aku tahu pria itu tak menyangka mendapat pertanyaan tadi. Ia pikir kami tak tahu kalau ini hanya improvisasinya untuk menghindari pertanyaan tadi. Sebenarnya kami masih ingin menolak perintahnya untuk jalan merangkak. Namun mengingat hari sudah jauh malam, tak apalah jalan merangkak. Toh kami tetap merasa menang olehnya.

Embun mulai turun. Dingin menusuk tulang. Ditambah lagi pakaian kami yang basah karena berguling-guling, duduk dan merangkak di rumput yang masih basah sisah hujan sore tadi. Selesai dari posko empat. Masih ada posko lima menanti kami. Sepertinya kami yang terakhir. Padahal tadi kami berada di urutan ketiga dari enam tim . Masing-masing tim terdiri dari dua kelompok. Total ada dua belas orang.

Sebenarnya raga ini mulai meronta. Bahkan ia sedikit merajuk karena terlalu kupaksa untuk berjuang menghabiskan dini hari yang gigil. Sepertinya Ribi juga begitu. Tapi entahlah lewat apa, seperti telah ada kesepakatan antara kami berdua untuk menjadi pemenang dalam penaklukan ini. Ya, regularitasnya malam akan digantikan siang, embun menghilang dimakan mentari yang garang. Dan bagaimanapun, kami akan jadi pemenang. Atas penaklukan yang tadi kulontarkan; tentang ego kami, bukan aku atau dia.

Bersambung...

Dua Puluh : Kita, cerita bersambung ini awalnya sebenarnya adalah naskah novel karya kolaborasi antara Diah Siregar dan Rinda Dinamita
Share on Google Plus

About nebula

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar :

  1. Saya tunggu kelanjutannya kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah ada kelanjutannya mas, sudah saya post sampai part 5. mas klik aja home dan cari bagian 2,3 dst :)

      Hapus

komentar yg membangun yach..

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com