Satu November



Pagi ini basah. Seperti langit di pagi-pagi yang lalu, gerimis.  Mentari seperti enggan bertandang. Atau mungkin, ia menemukan pagi yang lain yang lebih indah untuk ia singgahi. Aku tak hendak ambil pusing. Lebih asik menikmatinya. Pagi dengan gerimis – atau hujan sekalipun – atau mentari bersinar cerah, pagi adalah moment yang paling tepat untuk mengejar mimpi. Menggenggam semangat.
Muara rinduku, pagi ini kugenggam semangat dan impianku tentang perjumpaan esok yang kuharap indah. Kau pasti juga kan?!
Diam-diam aku menyesali kesepakatan kita malam kemarin saat kita melahap nasi padang di jalan Pancing, kenapa harus esok kita rencanakan sua. Kenapa bukan hari ini saja. Hari ini, satu November. Hari pertama di bulanku. Bulan dimana salah satu harinya adalah hari pertamaku bersinggungan dengan dunia.  Bulan dimana salah satu harinya adalah awal tumbuhnya tunas-tunas rasa yang menggelora di dadaku, beberapa tahun lalu.
Gerimis mulai absen satu persatu. Di langit Medan yang mulai tersenyum cerah, aku masih berharap hari ini Pemilik Takdir mempertemukan kita. Dan jika itu terjadi, aku ingin mendengar kalimat ini dari bibirmu : “Selamat datang November ceria, ini bulanmu, maka merekahlah, cinta”.
Share on Google Plus

About nebula

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar

komentar yg membangun yach..

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com