PANTAI GUDANG GARAM

Saksi indahnya kebersamaan bersama kawan-kawan PPL
Besok, senin 14 Juni 2010. Dua kawanku seminar. Sebagai kawan yang baik aku berniat untuk menghadiri seminar mereka. Sayangnya niat yang baik tak selalu di iringi kesempatan yang baik pula. Besok aku ada keperluan yang tak dapat ditunda. Membuat aku tak bias menghadiri seminar mereka. Namun seandainya pun aku tak ada keperluan lain. Aku akan tetap bingung mo menghadiri yang mana. Pasalnya, dua kawanku ini beda jurusan. Satu jurusan seni rupa, kawan pas PPL. Satu lagi kawan satu jurusan, Bahasa Jerman.
Udah dua kali si sari, kawan PPL ku jurusan geografi sms aku. Isi sms nya ngajak semua kawan se-PPL untuk dating di pamerannya si Ida yang anak seni rupa tadi sekalian reunion, katanya. Aku udah bilang kalau aku tak bias dating.
“Usahain dunk buk… masak sih tiap ketemuan u slalu gak bias dtg. Kpn bisanya??! Tipis kali lah persahabatan ntu kalo gak dating. Setipis kulit bawang
Gitu bunyi sms nya. Aku jadi gak enak ma kawan-kawan PPL laennya. Secara emank bener apa yg dibilang Sari. Aku selalu gak bias kalo di ajak ketemuan. Tapi mo gimana lagi, besok aku bener2 gak bias. Padahal kalau mau jujur aku memang rindu ama kawan-kawan PPL ku.
Ngebahas masalah kawan PPL yang mo seminar bikin aku tringat masa-masa PPL dulu. Susah, seneng, takut, capek smua berbaur jadi satu. Terkadang tercifta brantem-brantem kecil. Kadang ada yang nangis, sakit hati, wah…ko’ sekarang jadi kenangan indah ya!! Aku inget waktu kami jalan-jalan perpisahan ke pantai gudang garam, perbaungan. Pantai yang tak sebening pantai di Lombok itu menyimpan kenangan indah bagiku.
Waktu itu, minggu 22 Nopember 2009. Kami berangkat dari posko PPL kami di BTN kampong Lalang, Tebing Tinggi. Perjalanan ke Pantai Gudang Garam Perbaungan ini kami tempuh sekitar satu setengah jam dengan menggunakan mini bus (di Tebing bilangnya Roter, kalo di Medan di bilang Angkot, kalo di Jakarta Tanya aja ma orang jakartanya hehehe…). Sepanjang jalan kami asyik bernyanyi ria.
Lewat sedikit dari Serdang Walk, tempat penjual kelapa Muda di Perbaungan, sebelah kiri adalah jalan masuk ke Pantai gudang Garam. Buat yang belum pernah ke sana gak usah khawatir. Ada plang petunjuknya ko’.

Jalan masuk ke dalam sudah di aspal dengan bagus. Selain perumahan penduduk, perjalanan masuk ke dalam di dominasi oleh perkebunan kelapa sawit. Baru ketika mendekati lokasi tercium aroma yang tak sedap. Ternyata aroma itu berasal dari rumah-rumah penduduk yang memelihara/beternak bebek dan unggas lainnya. Sebelum sampai ke pantai kami harus membayar retribusi sebesar Rp. Rupiah per orang. Sampai di tempt ini, aroma tak sedap tadi sudah tak tercium lagi. Jalan pun berubah dari aspal menjadi tanah dengan pasir putih mendominasi. Kami pun tiba di sebuah restoran seafood sederhana yang juga menyediakan penginapan. Sebuah danau (atau sekedar kubangan air, aku tak tau. Namun aku menyebutnya danau) menarik perhatianku. Indah benar, pikirku.

Aku pun langsung keranjingan untuk berfoto. Tampaknya dari restoran ini jalan masuk ke pantai tersebut. Beberapa orang menawarkan parker. Sang karyawati restoran tersebut menawari kami utuk menyewa tempat. Awalnya kami tak ingin menyewa tempat. Toh duduk-duduk di pinggir pantai juga bias. Tak harus menyewa tempat. Namun mengingat kami masuk ke pantai melewati restoran tersebut kami jadi tak enak untuk tak menyewa. Lagi pula kalau kami tak menyewa kami harus membayar uang pasrkis bus, dan uang kalau kita ganti baju di kamar mandi mereka. Setelah di itung-itung kami memutuskan untuk menyewa tempat.


Tempat kecil Rp. 40.000, besar Rp.80.000. kami memilih yang kecil saja. Toh kesana bukan mau duduk-duduk, kan mau mandi-mandi.
Seperti yang kukatakan tadi, pantai gudang garam tidaklah seindah pantai-pantai di bali atau Lombok. Hanya berupa pantai dengan air yang tak begitu jernih (bahkan bisa dikatakan keruh). Di sepanjang bibir pantai terdapat pondok-pondok untuk di sewakan. Hal yang menurutku indah adalah aku bias memandang ke laut lepas. Melihat ombak menari-nari tanpa batas. Memandang matahari yang berdiri angkuh di atas lautan. Menikmati hembusan angin yang membelaiku. Itu saja sudah cukup membuat hatiku damai di sini. Itu saja sudah cukup membuatku menjadikan tempat ini tempat yang akan kukunjungi lagi jika ada kesempatan kelak. Sebab pantai ini indah menurutku. Sebab apapun yang membuat hatikun damai, pantas bagiku mengatakannya indah. Seperti pantai ini.

Winda, teman PPL jurusan Matematika mengeluarkan kameranya. Sesi foto-foto kembali dimulai. Untuk masalah yang satu ini, tak ada yang tak narsis. Semuanya mau di foto. Sendiri, berdua, rame-rame. Semuanya pengen eksis. Perhatian kami untuk foto-foto terusik oleh bapak-bapak yang menawarkan naik banana boat pada kami. Jujur saja aku langsung tertarik untuk ikut. Pasalnya aku memang belum pernah naik wahana myang satu ini. Hanya melihatnya di TV dan membacanya di novel, majalah yang pernah kubaca. Tapi ups… mahal banget. Rp 45.000 per orang, bapak itu menawarkan. Kontan saja mundur satu persatu. Namun karena aku memang ingin sekali naik jadi aku mencoba nego. Rp.25.000 rupiah kesepakatan terakhir. Aku pun merayu kawan-kawan untuk naik banana boat tersebut.

Lima orang terkumpul. Masalahnya sekarang ternyata kami semua belum pernah naik banana boat hahaha… dank arena itu tak ada yang mau duduk di depan. Waduh..repot neh!! Akhirnya si Roy mengalah. Secara dia cowok sendiri. Awalnya deg-deg an seeh…ntar kalo paz jatuh ke laut trus kebawa ombak gimana??? Sesaat nyaliku ciut, apalagi pas liat ke laut lepas. Liat ombaknya itu lo..waduh…
“nanti kalo banananya terbalik kalian lepasin aja pegangan kalian. Jangan terlalu memaksakan diri buat pegangan ke banana. Biarkan saja badannya terlempar ke air” begitu instruksi dari sang instruktur.


Sesaat kami berpandangan mendengar ucapannya. Si Roy malah gak mau duduk di depan. Dia mau di belakang.wah..kacau deh! Lagian si pemandu ntu juga aneh-aneh instruksinya. Si Winda mengalah. Ia duduk di depan. Ika di nomor dua dan aku nomor tiga. Posisi nomor empat ditempati Ida, baru di belakang si Roy.
Awalnya biasa saja, malah tanpa kejutan. Ya..seperti naik kreta ngebut gitu. Bedanya ini di air. Kami pun menantang si pemandu “nggak takut..nggak takut!!” ucap kami serentak kayak anak-anak. Si WInda lebih berani, dia berdiri dan tak berpegangan. Kami terus bernyanyi dan teriak-teriak sekuatnya. Ahh bahagianya bisa teriak sesuka hati. Buat yang lagi suntuk, naik banana boat di pantai GUdang Garam merupakan salah satu alternative penghilang stress. Sebab saat naik kita bias teriak sekuatnya sesuka hati.

Ketika sedang semangat-semangatnya teriak, entah bagaimana awalnya, tiba-tiba teriakan kami terhenti. Aku merasakan seperti menimpah sesuatu. Hidungku perih perih. Ketika sadar aku dan keempat kawanku sudah berada dalam air. Kulihat ika terbatuk-batuk.
“Seru..seru”
“wuih..mantap!”
“sapa tadi yang nimpahi aku??”
Semua berkomentar sambil tertawa-tawa. Aku salut dengan pemandu kami. Dia tau saat yang tepat untuk melemparkan kami ke air. Setelah itu kami naik lagi dan melanjutkan perjalanan mengitari pantai gudang garam. Seingatku tiga kali kami terlempar ke air saat naik banana boat. Meski hidungku perih karena kemasukan air laut, tapi aku merasa benar-benar puas.

Selesai bermain banana boat kami pun menyerbu penjaga ban yang disewakan. Rp.5.000 untuk ban kecil, Rp.10.000 untuk ukuran sedang, dan Rp.15.000 untuk ban besar. Kami menyewa tiga buah ban besar dan bermain sepuasnya (kayak anak kecil ya..!!)
Tepat pukul lima soreh kami kembali ke Tebing Tinggi. Berat rasanya langkah untuk kembali ke Tebing Tinggi. Ingin tetap disini agar kebersamaan ini tak berganti. Pantai Gudang Garam, pantai yang tak seindah pantai Kuta Bali. Namun tetap saja, perjalanan hari itu terasa indah buat kami. Hari dimana kami menamainya hari perpisahan. Yah..perpisahan. Meskipun perpisahan namun kami tak ingin jalan-jalan perpisahan ini diwarnai dengan kesedihan. Sebaliknya, kami ingin tertawa bahagia sepuasnya. Tawa dan kebersamaan yang akan menjadi kenangan yang selalu indah untuk dikenang. Seperti kebersamaan ini, aku juga akan tetap mengenang panatai Gudang Garam sebagai saksi kebersamaanku dengan teman-teman PPL ku.
Share on Google Plus

About nebula

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar

komentar yg membangun yach..

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com